Tuesday, December 29, 2009

Catatan Kecil Untuk Bunda

Pagi masih dibalut mendung sisa semalam, gerimis masih jatuh satu-satu. Udara dingin langsung menyergap begitu pintu menyeruak. Seperti pagi, siang, dan malam sebelumnya, pagi itu pun aku teringat bunda.

Seperti angin yang selalu menyapu pagi pelan-pelan, seperti itulah air mata menggenang. Seolah tak ada cara untuk membendungnya, genangan itu menyusur pipiku perlahan. Semalam, aku kembali bermimpi bunda bisa berjalan seperti dulu.

Entah bagaimana lagi cara menggambarkan kerinduanku pada masa lalu, saat bunda masih bisa melakukan segalanya. Seakan tak pernah sekejap pun masa lalu itu memudar dari bayangan. Siang malamku selalu saja diisi semangat bunda yang tak pernah lelah. Semangat yang tak pernah tersumbat meski langkah kini terhambat.

Entah mengapa puluhan tahun melukis pelangi masa lalu bersama bunda terasa begitu cepat, namun setahun melihat bunda lemah terbaring terasa begitu lama.

Kemarin, bunda menjatuhkan air mata. Begitu selalu saat menatap semua buah hatinya. Butir-butir air mata yang terasa memantulkan kerinduan bunda menyuguhkan kasih sayang seperti dulu.

Bunda, pahlawan di siang dan malamku, di terang dan gelapku, pasti kita lewati aral ini. Seperti semangat bunda yang mampu merobohkan ribuan gunung, semangat itu pula yang bakal meratakan ribuan karang terjal kini. (moeha/22 Desember 2008)

No comments: